Jumat, 17 Mei 2013

70.000 Orang Yang Memasuki Surga Tanpa Hisab


Di bulan Rajab ini, Umat Islam mengenang sebuah peristiwa penting yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW; yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Peristiwa ini dikenal sebagai sebuah perjalanan malam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW atas izin dan titah Allah, memenuhi panggilan-Nya ke Sidratil Muntaha untuk selanjutnya menerima perintah mendirikan shalat wajib lima waktu secara langsung, tanpa perantara siapa pun.
Masjid al-Aqsha merupakan salah satu tempat penting yang disinggahi oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan ini. Beliau pun menyempatkan shalat di sana. Ada yang mengatakan bersama para nabi pendahulu dan beliau didapuk sebagai imam shalat. Sebagian pendapat mengatakan peristiwa tersebut terjadi di langit setelah meninggalkan Masjid al-Aqsha. Setelah itu beliau diperlihatkan banyak hal dalam perjalanan. Di antara peristiwa  tersebut seperti penuturan para perawi hadits di bawah ini.

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: عُرِضَ عَلَيَّ الأَنْبِيَاءُ بِأُمَمِهَا وَأَتْبَاعِهَا مِنْ أُمَمِهَا، فَجَعَلَ النَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ الثَّلاَثَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ الْعِصَابَةُ مِنْ أُمَّتِهِ... فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: هَذَا أَخُوكَ مُوسَى بْنُ عِمْرَانَ وَمَنْ تَبِعَهُ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، فَأَيْنَ أُمَّتِي، قِيلَ: انْظُرْ عَنْ يَمِينِكَ، ... قُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ؟ قِيلَ: هَؤُلاَءِ أُمَّتُكَ، هَلْ رَضِيتَ؟ قُلْتُ: نَعَمْ قَدْ رَضِيتُ، قِيلَ: انْظُرْ عَنْ يَسَارِكَ، ... فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، مَنْ هَؤُلاَءِ؟ قِيلَ: هَؤُلاَءِ أُمَّتُكَ، قُلْتُ: نَعَمْ يَا رَبِّ، رَضِيتُ، قِيلَ: فَإِنَّ مَعَ هَؤُلاَءِ سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ فَأَنْشَأَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنَ أَخُو بَنِي أَسَدٍ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ فَأَنْشَأَ رَجُلٌ آخَرُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ: سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنْ قَالَ: وَذَكَرَ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم فَقَالَ: فِدَاكُمْ أَبِي وَأُمِّي إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَكُونُوا مِنَ السَّبْعِينَ فَكُونُوا

Artinya:

“Nabi Muhammad SAW bersabda: Diperlihatkan kepadaku para Nabi beserta umat dan pengikut mereka. Ada yang bersama tiga orang –saja-. Ada seorang nabi bersama sekelompok kaumnya yang banyak… Aku bertanya: Ya Tuhanku, siapa ini?, Dia berkata: Ini saudaramu, Musa bin Imron dan pengikutnya dari Bani Israil. Aku berkata: Ya Tuhanku, dimanakah umatku. Maka dijawab: lihat sebelah kananmu… Aku bertanya: Siapa mereka? Dijawab: Mereka adalah umatmu. Aku menjawab: Ya, Wahai Tuhanku, aku ridha. Kemudian dikatakan: Lihatlah sebelah kirimu, … Aku bertanya: Ya Tuhanku, siapakah mereka? Dijawab: Mereka adalah kamumu. Aku berkata: Ya, Wahai Tuhanku, aku ridha. Dikatakan: sesungguhnya di antara mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang memasuki surga tanpa hisab. Maka tiba-tiba Ukasyah bin Mihshan berdiri dan mengatakan: Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah supaya aku termasuk di antara mereka. Maka Rasul berdoa: Ya Allah jadikanlah ia termasuk di antara mereka. Maka berdirilah laki-laki lain dan berkata: Wahai Rasulallah berdoalah kepada Allah agar aku termasuk di antara mereka. Rasul menjawab: Ukasyah bin Mihshan telah mendahauluimu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: Demi Allah, jika kalian mampu untuk menjadi di antara tujuh puluh ribu tersebut, lakukanlah!” (Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan al-Baihaqi meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas ra.), sedangkan (Imam Ahmad, Ibnu Hibban, al-Hakim, Abu Ibnu Abi Syaibah, Al-Hakim, Abu Dawud ath-Thayalisy meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra.)*

Yang menarik untuk dianalisis dari hadits di atas adalah bahwa Nabi Muhammad SAW diberitahu oleh Allah, ada segolongan umat beliau yang akan memasuki surga-Nya tanpa didahului dengan hisab (penghitungan amal dan pengadilan). Yaitu sejumlah tujuh puluh ribu orang.

Yang kedua, inisiatif sahabat Ukasyah yang bergegas memesan “tiket” tersebut dengan mengajukan permohonan supaya Nabi Muhammad SAW berkenan mendoakannya.

Di dalam riwayat Imam Bukhari bahkan disebutkan ciri-ciri umat Nabi Muhammad SAW yang memenangi “tiket” langsung ke surga, yaitu (هم الذين لا يسترقون ولا يتطيرون ولا يكتوون وعلى ربهم يتوكلون) artinya: “mereka yang tidak meminta orang lain menyembuhkan penyakitnya dengan mantra-mantra sesat, mereka juga tidak meyakini ramalan-ramalan (dukun), tidak juga melakukan penyembuhan dengan api”. Tetapi mereka memiliki karakter keyakinan yang kuat dan berfondasi kokoh. Dan hanya kepada Allah mereka bertawakkal dan menyerahkan urusannya. Meskipun hal tersebut tidak berarti menghentikannya mengeluarkan usaha maksimal dalam setiap perbuatan.

Sedikit atau Banyak?

Pertama, jumlah tujuh puluh ribu untuk umat nabi akhir zaman secara keseluruhan sangatlah sedikit. Jika kita bandingkan saja jumlah tokoh sahabat dengan jumlah keseluruhan umat Islam pada saat Nabi Muhammad SAW meninggal maka perbandingannya juga tidak terlalu besar. Menurut perkiraan seorang pakar hadits, Abu Zur’ah ar-Razy, jumlah sahabat Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan, laki-laki dan perempuan diperkirakan mencapai angka empat belas ribu (14,000) orang. Di antaranya terdapat tokoh-tokoh sahabat. Ukuran pastinya yang memiliki riwayat hadits, yaitu berjumlah sembilan ribu empat ratus tujuh puluh delapan (9,478) orang, menurut Ibnu Hajar al-Asqalany dalam bukunya al-Ishâbah fî Tamyîz ash-Shahâbah atau sebesar 8,3 % dari keseluruhan sahabat. Kualitas tokoh sahabat ditentukan dari dua pokok penilaian pakar hadits. Yaitu moralitas dan ke-beragama-an (‘adâlah) dan kecerdasan (dhabth). Dua padu tersebut akan mengantarkan pada sebuah kekuatan dan kejayaan umat Islam di era awal. Dan seperti itulah terbukti kualitas sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki obsesi berdakwah lintas teritorial dan tak hanya diukur dengan usia mereka. Maka jumlah tujuh puluh ribu tersebut secara konten juga senada dengan permasalahan Palestina. Bila dilakukan dengan pendekatan ideologis, dari satu milyar lebih umat Islam jika dipersentasekan 8,3 % maka seharusnya 
minimal ada delapan puluh tiga juta (83,000,000) orang menarik gerbong pembebasan Palestina. Dari angka tersebut sepertinya jumlah yang tidak terlalu banyak. Tapi dari kenyataan di lapangan, orang-orang yang tahu permasalahan Palestina juga tidak bisa dikatakan sangat banyak. Dari jumlah orang yang tahu, maka persentase yang peduli dan empati juga semakin kecil. Dari jumlah ini akan semakin mengecil bila dikaitkan lagi dengan langkah-langkah dan aksi nyata yang dilakukan untuk memerdekakan atau mendukung kemerdekaan Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat. Dan akan semakin menyusut bila dihubungkan dengan efektifitas aksi serta pengaruh yang ditimbulkan.

Belum lagi jika kita menggunakan pendekatan humanis. Maka diperkirakan saat ini jumlah penduduk dunia sudah melampaui angka tujuh milyar jiwa. Pada bulan Agustus 2011 lalu Biro Sensus Amerika, International Data Base (IDB) merilis update jumlah penduduk dunia; yaitu 6,952,939,682 (enam miliar sembilan ratus lima puluh dua juta sembilan ratus tiga puluh sembilan ribu enam ratus delapan puluh dua) jiwa. Maka, diperlukan setidaknya angka 581,000,000 (lima ratus juta delapan puluh satu ribu) jiwa. Atau kalau untuk ukuran negara dari 192 negara anggota PBB atau 194 negara versi USA maka setidaknya diperlukan enam belas negara kuat untuk mengawal sekaligus memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dan untuk Indonesia yang berpenduduk 237,556,363 (masih menurut sumber yang sama) maka setidaknya diperlukan 19,717,178 (sembilan belas juta tujuh ratus tujuh belas ribu seratus tujuh puluh delapan), dengan pendekatan seperti di atas.

Pribadi Inisiatif dan Inspiratif

Kedua, Inisiatif Ukasyah yang segera berdiri meminta doa Rasul SAW agar termasuk satu di antara tujuh puluh ribu orang di atas merupakan inisiatif cerdas, cepat, dan tepat. Dengan sendirinya hal ini menandai kecerdasan dan kecekatan beliau sekaligus menegaskan posisi beliau di hadapan para sahabat yang lainnya. Bahkan sikapnya ini menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang serupa, meskipun dalam konteks ini (di majelis tersebut) hanya Ukasyah yang mendapatkannya. Tetapi tidak dipungkiri kecekatan respon Ukasyah membuka cakrawala berpikir orang lain. Inilah yang diperlukan saat ini untuk membebaskan (kembali) Masjid al-Aqsha dan Palestina.

Dengan atau tanpa kita, cepat atau lambat Masjid al-Aqsha dan Palestina akan terbebaskan. Maka menjadi jalan pembebasan al-Aqsha adalah pilihan. Kesungguhan, kegigihan, keuletan dan disertai dengan kepiawaian diplomasi, hubungan internasional serta sebab-sebab lainnya yang membedakan antara seorang pejuang atau pecundang. Sang pejuang tak lekang dengan tantangan atau ancaman. Semencara sang pecundang memilih hidup damai dan tenang, mencukupkan diri hanya dengan mengamankan kepentingan pribadi dan golongan tanpa kepedulian terhadap orang-orang terzhalimi dan berada di dalam jeruji kelaliman.

Menguji Keyakinan dan Kesungguhan Tawakkal
Ketiga, dalam hadits riwayat Bukhari ditegaskan karakteristik orang-orang yang meraih “tiket” langsung masuk surga adalah keutuhan dan kebulatan akidah mereka. Yaitu terletak pada pemaknaan dan implementasi “tawakkal” kepada Allah. Orang yang yakin pada janji Allah akan menjadikannya sebuah doktrin yang lekat dengan diri, kepribadian dan karakter hidupnya. Bahkan ia sanggup menyalurkan kekuatan energi tawakkal tersebut pada seluas-luas masyarakat di sekelilingnya serta generasi sesudahnya. Ia tak berpikir egois karena ia tahu hidupnya berbatas ajal dan usia, namun cita-cita dan obsesinya mampu bertahan hidup setelah jasadnya dikubur dalam tanah.

Jika menggabungkan dengan tiga catatan di atas maka akan menghasilkan kesimpulan bahwa jumlah yang sedikit tetapi memiliki inisiatif, kecerdasan dan kecekatan serta dilengkapi dengan “bulatnya” tawakkal dan keyakinan pada Allah maka pembebasan Al-Quds dan Palestina tidaklah terlalu jauh berjarak dengan kita yang mau berusaha meraih karakter-karakter di atas. Apalagi dari orang-orang yang memiliki kejernihan nurani serta anti kezhaliman. Bukankah ending kezhaliman selalu dituturkan zaman dan sejarah merekamnya dengan baik? Bahkan sebagian besar merupakan kejutan-kejutan unpredictable. Namrudz di Babilonia yang iconic dengan kezhaliman dan kesombongan, hidupnya berakhir “hanya” karena nyamuk yang dititahkan memasuki hidungnya. Fir’aun, Sang Durjana Pengaku Tuhan, lunglai tenggelam di laut merah tanpa daya. Abu Jahal, si mulut besar yang angkuh ajalnya berakhir di tangan dua orang anak kecil, Muadz dan Muawidz, ia tak tewas di tangan jagoan seperti Hamzah, misalnya. Bahkan Allah mengirim Musa kecil yang tak berdaya di tengah episentrum kekuasaan yang kejam. Di saat Firaun menyebar kezhaliman, kenebar kekejian, ia bahkan lupa memproteksi dirinya dari dalam. Allah lah yang merekayasanya demikian. Semuanya tampak rapuh di depan ke-maha-annya yang unlimited.

Bersegeralah meraih tiket langsung tersebut. Bersegeralah menjadi yang terdepan berinisiatif kebaikan. Bersegeralah menjadi inspirasi bagi orang lain. Bersegeralah karena waktu kita terbatas dan tak banyak. Bersegeralah karena Allah selalu menyeru demikian.  “Dan bersegeralah kamu…” (QS. Ali Imran: 133), “Maka berlomba-lombalah…” (QS. Al-Baqarah: 148, QS. Al-Mâ`idah: 48), “Berlomba-lombalah kamu…” (QS. Al-Hadîd: 21), “Maka berlarilah…” (QS. Adz-Dzâriyât: 50) “…dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifîn: 26)

 ___________________________________________________
*) Hadits di atas dengan berbagai riwayatnya adalah shahih. Hanya saja riwayat yang menjelaskan secara khusus peristiwa tersebut terjadi di malam Isra’, sebagaian ahli hadits menilainya dhaif (lemah) karena figur ‘Abtsar bin al-Qasim. Tetapi Tirmidzi menegaskan di akhir periwayatannya -seperti biasa- dengan mengatakan: “Ini hadits hasan shahîh”.


Dr. Saiful Bahri, M.A | Ketua ASPAC for Palestine

Berapakah Kecepatan Malaikat Bergerak ?


Ahli Fisika dari Mesir bernama DR. Mansour Hassab El Naby berhasil membuktikan berdasarkan petunjuk Al Qur'an (QS As Sajdah:5) kecepatan cahaya dapat dihitung dengan tepat sama dengan hasil pengukuran secara ilmu fisika modern (A New Astronomical Quranic Method for The Determination of The Greatest Speed C .

Ilustrasi I

Berdasarkan QS As Sajdah ayat 5 :
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu
Secara jelas ayat tersebut memakai perbandingan bahwa satu hari sama dengan 1.000 tahun, dihitung dengan cermat ternyata sama dengan kecepatan cahaya. Pertanyaannya kemudian, petunjuk ayat ini apakah sebagai penjelas atas petunjuk ayat dalam Al Qur'an yang lain?

Apakah kecepatan cahaya merupakan yang paling cepat di jagad raya ini seperti dugaan manusia sekarang berdasarkan ilmu fisika modern? Dari beberapa ayat di dalam Al Qur'an disebutan bahwa malaikat mempunyai kecepatan terbang yang sangat cepat.

Seperti dalam QS An Naazi´aat ayat 3-4

1. Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan
2. Dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya [1537]
3. Dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat4. Dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang

Juga pada QS Al Mursalat ayat 1-2 dijelaskan bahwa malaikat terbang dengan kencang atau cepat:

Bagaimana malaikat terbang? Malaikat dapat terbang karena memiliki sayap, ada yang mempunyai 2, 3 atau 4 sayap.

Disebutkan pada QS Faathir ayat 1 :

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang 
menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dari penjelasan tersebut dapat lebih jelas bahwa yang mampu terbang dengan kecepatan tinggi adalah malaikat. Seberapa cepat terbangnya?

Petunjuk dalam ayat tersebut sangat jelas bahwa perbandingan kecepatan terbang malaikat adalah dalam sehari kadarnya 50.000 tahun. Berdasarkan metode penghitungan yang dilakukan DR. Mansour Hassab El Naby seperti dalam tulisannya bahwa untuk satu hari yang berkadar 1.000 tahun sama dengan kecepatan cahaya (299.792,4989 km/detik). Berdasar rumus-rumus dan cara yang sama untuk perbandingan sehari sama dengan 50.000 tahun dapat diperoleh hasil perhitungan sama dengan 50 kali kecepatan cahaya (14.989.624,9442 km/detik). Kesimpulannya adalah berdasarkan informasi dari Al Qur'an dapat dihitung kecepatan terbang malaikat dan Jibril yaitu 50 kali kecepatan cahaya! Masya Allah!

Ilustrasi 2
Sampai saat ini pengetahuan manusia belum menemukan sesuatu pun yang mempunyai kecepatan melebihi kecepatan cahaya. Berdasarkan petunjuk Al Qur'an sangat jelas disebutkan bahwa malaikat dan Jibril mempunyai kemampuan terbang 50 kali kecepatan cahaya. Hal tersebut bisa dimaklumi karena penciptaan malaikat berasal dari unsur cahaya (nuur). Suatu saat diharapkan ilmuwan muslim dapat meneliti petunjuk tersebut dan menjadi penemu yang selangkah lebih maju karena berdasarkan Al Qur'an, kitab suci yang merupakan satu-satunya kitab yang eksak, berisi kepastian karena merupakan Firman Allah

http://zilzaal.blogspot.com/2013/05/kalau-malaikat-mahluk-terbuat-dari.html

Kamis, 16 Mei 2013

Pencurian Jasad Nabi Muhammad SAW


Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh kondisi umat islam pada masa dinasti Abbasiyah di Baghdad. Kondisi umat Islam saat itu menunjukkan situasi  yang semakin melemah dari waktu ke waktu.  Umat Islam mengalami perpecahan sehingga menyebabkan berdiri nya beberapa kerajaan Islam di beberapa daerah. melihat kondisi yang demikian tak di sia-siakan begitu saja oleh orang-orang nasrani yang merasa kesempatan emas untuk mencoreng wajah umat Islam dan membuat umat Islam jatuh ada di depan mata. Diam-diam mereka telah menyusun rencana untuk mencuri jasad Nabi Muhammad. Setelah terjadi kesepakatan oleh para penguasa Eropa, mereka pun mengutus dua orang nasrani untuk menjalankan misi keji itu. Misi itu mereka laksanakan bertepatan dengan musim haji. Dimana pada musim itu banyak jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk melaksanakan ibadah haji. Kedua orang nasrani ini menyamar sebagai jamaah haji dari Andalusiayang memakai pakaian khas Maroko. Kedua spionase itu ditugaskan melakukan pengintaian awal kemungkinan untuk mencari kesempatan mencuri jasad Nabi SAW.

Setelah melakukan kajian lapangan, keduanya memberanikan diri untuk menyewa sebuah penginapan yang lokasinya dekat dengan makam Rasulullah. Mereka membuat lubang dari dalam kamarnya menuju makam Rasulullah.

Belum sampai pada akhir penggalian, rencara tersebut telah digagalkan oleh Allah melalui seorang hamba yang akhirnya mengetahui rencana busuk itu

Sultan Nuruddin Mahmud bin Zanki, adalah seorang hamba sekaligus penguasa Islam kala itu yang mendapatkan petunjuk melalui mimpi akan ancaman terhadap makam Rasulullah. 

Sultan mengaku bermimpi bertemu dengan Rasulullah sambil menunjuk dua orang lelaki berambut pirang dan berujar: “ Wahai Mahmud, selamatkan jasadku dari maksud jahat kedua orang ini.” Sultan terbangun dalam keadaan gelisah lalu beliau melaksanakan sholat malam dan kembali tidur. Namun, Sultan Mahmud kembali bermimpi berjumpa Rasulullah hingga tiga kali dalam semalam.

Malam itu juga Sultan segera mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan dari damaskus ke madinah yang memakan waktu 16 hari, dengan mengendarai kuda bersama 20 pengawal serta banyak sekali harta yang diangkut oleh puluhan kuda. Sesampainya di Madinah, sultan langsung menuju Masjid Nabawi untuk melakukan sholat di Raudhah dan berziarah ke makam Nabi SAW. Sultan bertafakur dan termenung dalam waktu yang cukup lama di depan makam Nabi SAW.
style="line-height: 150%; margin: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Lalu menteri Jamaluddin menanyakan sesuatu, “Apakah Baginda Sultan mengenal wajah kedua lelaki itu? “Iya”, jawab Sultan Mahmud.

Maka tidak lama kemudian Menteri Jamaludin mengumpulkan seluruh penduduk Madinah dan membagikan hadiah berupa bahan makanan sambil mencermati wajah orang yang ada dalam mimpinya. Namun sultan tidak mendapati orang yang ada di dalam mimpi itu diantara penduduk Madinah yang datang mengambil jatah makanan. Lalu menteri Jamaluddin menanyakan kepada penduduk yang masih ada di sekitar Masjid Nabawi. “Apakah diantara kalian masih ada yang belum mendapat hadiah dari Sultan?”

Tidak ada, seluruh penduduk Madinah telah mendapat hadiah dari Sultan, kecuali dua orang dari Maroko tersebut yang belum mengambil jatah sedikitpun. Keduanya orang saleh yang selalu berjamaah di Masjid Nabawi.” Ujar seorang penduduk.

Kemudian Sultan memerintahkan agar kedua orang itu dipanggil. Dan alangkah terkejutnya sultan, melihat bahwa kedua orang itu adalah yang ia lihat dalam mimpinya. Setelah ditanya, mereka mengaku sebagai jamaah dari Andalusia Spanyol. Meski sultan sudah mendesak bertanya tentang kegiatan mereka di Madinah. Mereka tetap tidak mau mengaku. Sehingga sultan meninggalkan kedua lelaki itu dalam keadaan penjagaan yang ketat.

Kemudian sultan bersama menteri dan pengawalnya pergi menuju ke penginapan kedua orang tersebut. Sesampainya di rumah itu yang di temuinya adalah tumpukan harta, sejumlah buku dalam rak dan dua buah mushaf al-Qur’an. Lalu sultan berkeliling ke kamar sebelah. Saat itu Allah memberikan ilham, sultan Mahmud tiba-tiba berinisiatif membuka tikar yang menghampar di lantai kamar tersebut. Masya Allah, Subhanallah, ditemukan sebuah papan yang di dalamnya menganga sebuah lorong panjang, dan setelah diikuti ternyata lorong itu menuju ke makam Nabi Muhammad.

Seketika itu juga, sultan segera menghampiri kedua lelaki berambut pirang tersebut dan memukulnya dengan keras. Setelah bukti ditemukan, mereka mengaku diutus oleh raja Nasrani di Eropa untuk mencuri jasad Nabi SAW. Pada pagi harinya, keduanya dijatuhi hukum penggal di dekat pintu timur makam Nabi SAW. Kemudian sultan Mahmud memerintahkan penggalian parit di sekitar makam Rasulullah dan mengisinya dengan timah. Setelah pembangunan selesai, sultan Mahmud dan rombongan pulang ke negeri Syam untuk kembali memimpin kerajaannya.

Sumber : zilzaal

Rabu, 15 Mei 2013

Imam Syafi’i


“Sesungguhnya Allah swt mengutus (mengirim) seseorang kepada umat ini setiap seratus tahun untuk memperbarui urusan agamanya ….”

Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris. Beliau dilahirkan di Gaza, Palestina, tahun 150 H, dan ayahnya meninggal ketika masih bayi, sehingga beliau hanya dipelihara oleh ibunya yang berasal dari Qabilah Azad dari Yaman. Diwaktu kecil Imam Syafii hidup dalam kemiskinan dan penderitaan sebagai anak yatim dalam “dekapan” ibundanya . Oleh karena itu ibunya berpendapat agar sebaiknya beliau (yang ketika itu masih kecil) dipindahkan saja ke Makkah (untuk hidup bersama keluarga beliau disana). Maka ketika berusia 2 tahun beliau dibawa ibundanya pindah ke Makkah.

Imam Syafi’i rahimahullah dilahirkan bertepatan dengan meninggalnya Imam Abu Hanifah oleh karena itu orang-orang berkata : “telah meninggal Imam dan lahirlah Imam”. Pada usia 7 tahun beliau telah menghafal Al Qur’an. Dan suatu sifat dari Imam Safi’i adalah, jika beliau melihat temannya diberi pelajaran oleh gurunya, maka pelajaran yang dipelajari oleh temannya itu dapat beliau pahami. Demikian pula jika ada orang yang membacakan buku dihadapan Imam Syafi’i, lalu beliau mendengarkannya, secara spontan beliau dapat menghafalnya. Sehingga kata gurunya : “Engkau tak perlu belajar lagi di sini” (lantaran kecerdasan dan kemampuan beliau untuk menyerap dan menghafal ilmu dengan hanya mendengarkan saja).

Setelah beberapa tahun di Makkah, Imam Syafi’i pergi ke tempat Bani Hudzail dengan tujuan untuk belajar kepada mereka. Bani Hudzail adalah Kabilah yang paling fasih dalam berbahasa Arab. 

Beliau tinggal di tempat Bani Hudzail selama 17 tahun. Ditempat ini beliau beliau banyak menghafal sya’ir-sya’ir, memahami secara mendalam sastra Arab dan berita-berita tentang peristiwa yang dialami oleh orang-orang Arab dahulu.

Pada suatu hari beliau bertemu dengan Mas’ab bin Abdullah bin Zubair yang masih ada hubungan famili dengan beliau. Mas’ab bin Abdullah berkata : “Wahai Abu Abdullah (yaitu Imam Syafi’i), sungguh aku menyayangkanmu, engkau sungguh fasih dalam berbahasa Arab, otakmu juga cerdas, alangkah baiknya seandainya engkau menguasai ilmu Fiqih sebagai kepandaianmu.” Imam Syafi’i : “Dimana aku harus belajar?”

Mas’ab bin Abdullah pun menjawab : “Pergilah ke Malik bin Anas”. 

Maka beliau pergi ke Madinah untuk menemui Imam Malik. Sesampainya di Madinah Imam Malik bertanya : “Siapa namamu?”. “Muhammad” jawabku. Imam Malik Berkata lagi : “Wahai Muhammad bertaqwalah kepada Allah dan jauhilah laranganNya maka engkau akan menjadi orang yang disegani di kemudian hari”. Esoknya beliau membaca al Muwaththa’ bersama Imam Malik tanpa melihat buku yang dipegangnya, maka beliau disuruh melanjutkan membaca, karena Imam Malik merasa kagum akan kefasihan beliau dalam membacanya.

Al Muwaththa’ adalah kitab karangan Imam Malik yang dibawa beliau dari seorang temannya di Mekkah. Kitab tersebut beliau baca dan dalam waktu 9 hari, dan beliau telah menghafalnya.Beliau tinggal di Madinah sampai Imam Malik meninggal dunia, kemudian beliau pergi ke Yaman.

• Kunjungan Imam Syafi’i Keberbagai Tempat
Sudah menjadi kebiasaan ulama’-ulama’ pada masa Imam Syafi’i yaitu berkunjung ke berbagai negeri untuk menimba ilmu di tempat tersebut. Mereka tidak perduli terhadap rintangan-rintangan yang akan mereka hadapi. Demikian pula Imam Syafi’i berkunjung ke berbagai tempat untuk menimba ilmu dengan sungguh-sungguh dan memperoleh manfaatnya. Sebagaimana yang telah diketahui tentang perjalanannya dari Mekkah ke Bani Hudzail, kemudian kembali ke Mekkah dan perjuangannya untuk menemui Imam Malik, dan setelah meninggalnya Imam Malik beliau pergi keYaman dan selanjutnya pergi ke Baghdad dan kembali ke Madinah , dan setelah itu kembali lagi ke Baghdad kemudian ke Mesir.

Kunjungan-kunjungan itu menghasilkan banyak ilmu dan pengalaman baginya serta membuatnya gigih dalam menghadapi berbagai rintangan dalam membela kebenaran dan membela Sunnah Rasulullah saw. Sehingga namanya menjadi terkenal dan disegani umat Islam di zamannya.
Imam Ahmad Bin Hambal berkata tentang gurunya Imam Syafi’i rahimahullah telah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Inna Allaha yub’astu lihadzihil ummah ‘ala ra’si kulla miati sanatin man yujaddidu laha diinaha”
“Sesungguhnya Allah swt mengutus (mengirim) seseorang kepada umat ini setiap seratus tahun untuk memperbarui urusan agamanya”. (shahih sunan Abu daud hadits no : 4291) 

Kemudian Imam Ahmad bin Hambal menambahkan dengan berkata : “Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang pertama dan mudah-mudahan Imam Syafi’i adalah yang kedua”.
Pembelaannya terhadap As-Sunnah

Imam Asy-Syafi’i dijuluki oleh kalangan Ahlu Al-Hadits sebagai Nashir As-Sunnah (pembela As-Sunnah). Ini tentu saja merupakan penghargaan tertinggi terhadap sosok beliau dan bukan hanya sekedar simbol belaka. Sikap, ucapan dan karya-karya tulis beliau menjadi saksi untuk itu.

Di masa hidup beliau, timbul bermacam-macam aliran keagamaan yang mayoritas selalu menyerang As-Sunnah. Mereka dapat dibagi menjadi tiga kelompok: Pertama, mengingkari As-Sunnah, secara keseluruhan. Ke dua, tidak menerima As-Sunnah kecuali bila semakna dengan Al-Qur’an. Ke tiga, menerima As-Sunnah yang mutawatir saja dan tidak menerima selain itu alias menolak Hadits Ahad.

Beliau menyikapi ketiga kelompok tersebut dengan tegas. Terhadap kelompok pertama, beliau menyatakan bahwa tindakan mereka tersebut amat berbahaya karena dengan begitu rukun Islam, seperti shalat, zakat, haji dan kewajiban-kewajiban lainnya menjadi tidak dapat dipahami bila hanya berpijak kepada makna global dari Al-Qur’an kecuali dari makna secara etimologisnya saja. Demikian pula terhadap kelompok ke dua, bahwa implikasinya sama saja dengan kelompok pertama.

Sedangkan terhadap kelompok ke tiga, beliau membantah pendapat mereka dengan argumentasi yang valid (tepat) dan detail terperinci. Di antara bantahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Di dalam mengajak kepada Islam, Rasulullah mengirim para utusan yang jumlahnya tidak mencapai angka mutawatir. Maka bila memang angka mutawatir tersebut urgen sekali, tentu Rasulullah tidak merasa cukup dengan jumlah tersebut sebab pihak yang dituju oleh utusan tersebut juga memiliki hak untuk menolak mereka dengan alasan tidak dapat memperca-yai dan mengakui berita yang dibawa oleh mereka.

2. Bahwa di dalam peradilan perdata dan pidana yang terkait dengan harta, darah dan nyawa harus diperkuat oleh dua orang saksi padahal yang menjadi landasannya adalah khabar (hadits) yang diriwayatkan oleh jumlah yang tidak mencapai angka mutawatir alias Hadits Ahad, tetapi meskipun demi-kian, Asy-Syari’ (Allah Subhanahu wa Ta’ala ) tetap mewajibkan hal itu.

3. Nabi membolehkan orang yang mendengar darinya untuk menyampai-kan apa yang mereka dengar tersebut, meskipun hanya oleh satu orang saja. Beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Mudah-mudahan Allah memperbaiki akhlaq dan derajat seseorang (seorang hamba) yang mendengar hadits dari kami lantas menghafalnya hingga menyampaikannya”. (H.R. Abu Daud)

4. Para shahabat menyampaikan hadits-hadits Rasulullah n secara individu-individu dan tidak menyarat-kan harus diriwayatkan oleh orang yang banyak sekali.

Demikianlah di antara bantahan beliau di dalam menegaskan perlunya menerima Hadits Ahad.
Sedangkan ucapan-ucapan beliau tentang perlunya berpegang teguh kepada As-Sunnah, di antaranya adalah:tc “Sedangkan ucapan-ucapan beliau tentang perlunya berpegang teguh kepada As-Sunnah, di antaranya adalah:

“Seseorang sudah pasti kehilangan satu sunnah dari Rasulullah dan akan jauh darinya, maka betapa pun perkataan yang telah aku katakan atau suatu prinsip yang telah aku gariskan di dalamnya yang berasal dari Rasulullah namun bertentangan dengan apa yang aku ucapkan; maka ucapan (yang harus dipegang) adalah apa yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam , dan ia adalah peganganku (pendapatku juga)”.

“Kaum Muslimin bersepakat (secara ijma’) bahwa barangsiapa yang sudah jelas baginya suatu sunnah (hadits) dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam ; maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya lantaran ucapan seseorang”. (Di dalam riwayat yang lain terdapat, “…maka ikutilah ia (hadits tersebut) dan jangan menoleh lagi kepada ucapan/pendapat seseorang”)

“Bila di dalam kitabku kalian mendapatkan hal yang bertentangan dengan sunnah/hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam ; maka berpeganglah dengan sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dan tinggalkan apa yang telah aku ucapkan (pendapatku) tersebut”

“Bila sesuatu (hadits) shahih, maka ia adalah madzhab/pendapatku”

“Kalian (diungkapkan di hadapan Imam Ahmad bin Hanbal dan para shahabatnya-pen) lebih mengetahui perihal hadits dan para periwayatnya daripada aku; bila ada hadits yang shahih, maka beritahukanlah kepadaku apa pun ia, baik (berasal) dari seorang dari Kufah, Bashrah atau Syam, hingga aku bisa menemuinya bila (hadits tersebut memang) shahih”

“Setiap masalah yang di dalamnya terdapat hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam menurut Ahli Hadits (tetapi) bertentangan dengan apa yang aku katakan (pendapatku); maka aku rujuk darinya (mencabut pendapatku dari masalah tersebut), baik selagi aku masih hidup ataupun setelah aku mati” 
“Setiap apa yang aku ucapkan (pendapatku); lantas ada hadits dari Nabi n yang shahih bertentangan dengan ucapan/pendapatku tersebut, maka hadits Nabi lebih utama (untuk diikuti) dan janganlah kalian bertaqlid kepadaku”

“Setiap hadits yang berasal dari Nabi , maka ia adalah ucapan/pendapatku meskipun kalian tidak mendengarnya (langsung) dariku”

Dengan beberapa nukilan ucapan Imam Asy-Syafi’i diatas tentang perlunya berpegang kepada As-Sunnah, kiranya dapat menyentuh hati kita yang paling dalam, sehingga dapat bersikap seperti sikap beliau di dalam menerima hadits yang sudah jelas keshahihannya dan meninggalkan taqlid buta.

Ucapan-ucapan tersebut juga mengisyaratkan bahwa hadits-hadits yang dijadikan hujjah oleh beliau bisa saja kalah kuat dari sisi kualitas dan ketepatan argumentasinya bila dibanding dengan hadits-hadits yang belum sempat beliau dengar nantinya, dengan menegaskan bahwa hadits yang shahih itulah madzhab beliau, meskipun tidak pernah didengar dari beliau.

Semoga Allah membimbing kita ke jalan yang diridlai-Nya…Amin

Rujukan:
1). Abady, Abu Ath-Thayyib, Syamsul Haq Al-‘Azhim,’Aun Al-Ma’bud syarh Sunan Abi Dawud.
2). Abu Zahrah, Muhammad, Tarikh Al-Madzahib Al-Islamiyyah
3). Ad-Daqr, ‘Abdul Ghaniy, Al-Imam Asy-Syafi’iy; Faqih As-Sunnah Al-Akbar.
4). Al-Albany, Muhammad Nashiruddin, Shifatu Shalat An-Nabiy Shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Sumber : almimbar.org







Rahasia di Balik Gerakan Sholat


Semua muslim bahkan orang yang bukan non muslim pun mengenal Sholat, sholat itu yang membedakan muslim dengan non muslim. Akan tetapi banyak dari kita kalangan muslim mengabaikan perintah Sholat, padahal sholat itu hukumnya adalah wajib. Walapun demikian entah apa yang membuat banyak dari kalangan muslim yang mengabaikan sholat, terlalu sibuk kah, tidak ada waktu untuk sholat, lupa, malas, dan lain sebagainya.

Sholat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan sholat ternyata paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis, sholat adalah gudang obat dari berbagai jenis penyakit.

Selama ini sholat yang dilakukan lima kali sehari oleh umat Islam, sebenarnya telah memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi yang melakukan sholat tersebut. Gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna yang luar biasa baik untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan spiritual dan emosional. Tetapi sayang hanya sedikit dari umat Islam yang memahaminya. Berikut ini beberapa manfaat gerakan sholat bagi kesehatan manusia:

TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah

Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke s! eluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.

Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulangbelakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I’TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.

Manfaat: Itidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.

Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisamengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.

Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.

Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dan dalam.

PACU KECERDASAN
Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof . Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa? Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry , AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.

PERINDAH POSTUR

Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching) . Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan. Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN

Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

PERBAIKI KESUBURAN

Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih. Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi! ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum. Dengan Sholat Insya Alloh hidup kita Sehat

Sumber : muslimina dan beberapa penambahan dan perubahan seperlunya

Fakta Mengapa Allah Memakai Emas dan Perak Sebagai Nishab Zakat


“Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi saw. memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau, lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi saw. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanahpun, ia pasti beruntung.” (H.R.Bukhari)
Inilah mengapa Allah memakai Emas dan Perak sebagai patokan Nishab Zakat. Bukan uang kertas.

Uang Kertas 100 trilyun dolar Zimbabwe nilainya cuma US$ 5 (Rp 45.000)! Orang harus bawa setumpuk uang untuk belanja sehari-hari.  Ini pemiskinan massal. Kezaliman terhadap rakyat!

Tahun 90-an ongkos naik bis cuma Rp 100. Tahun 2000-an jadi Rp 2000. 10 tahun saja naik 20x lipat. Padahal gaji pada kurun itu belum tentu naiknya segitu. Jadi uang kertas itu pemiskinan massal. Padahal kalau digaji misalnya dgn 10 gram emas, niscaya dari 1400 tahun lalu hingga sekarang, meski jumlahnya tak berubah, nilainya juga tidak turun.

Allah dan RasulNya sudah memberi contoh pemakaian emas dan perak sebagai uang. Bukan uang kertas yang tiap tahun nilainya selalu turun dan sering terkena Krisis Keuangan.

Emas dan Perak karena punya nilai riel dibanding kertas, lebih stabil dan lebih tahan terhadap inflasi. Contohnya, 1 dinar (4,25 gram emas 22 karat) pada zaman Nabi bisa dipakai untuk membeli 1-2 ekor kambing. Ada satu hadits yang merupakan bukti sejarah stabilitas uang dinar di Hadits Riwayat Bukhari sebagai berikut:

Saat ini pun dengan kurs 1 dinar=Rp 2,2 juta, kita bisa mendapat 1 kambing besar atau 2 ekor kambing kecil. Stabil bukan?

Hiperinflasi adalah penyakit umum dari Uang Kertas Fiat (uang yang tidak dijamin emas, perak, dan barang2 berharga lainnya). Banyak krisis keuangan terjadi di dunia 
termasuk di AS, Yunani, Turki, Indonesia, Zimbabwe, dsb karena uang kertas yang mereka pakai sebetulnya tidak berharga.

1 Januari 2018 1 gram emas bisa dibeli dengan 3 Reich Mark. Pada 30 November 1923 (kurang dari 6 tahun) 1 gram emas nilainya sudah 3.000.000.000.000 Reich Mark. Uang Jerman turun hingga 1/1 trilyun hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun! Sementara nilai emas stabil.

Uang kertas Hongaria akhirnya jadi sampah tak berharga yang harus dibuang di jalan pada tahun 1946. Nilai terbesar pada uang kertas adalah 100 quintillion pengo pada tahun 1946 oleh Bank Nasional Hongaria. Nilainya 100.000.000.000.000.000.000). Tapi disingkat jadi 1.000.000.000 b-pengo.

Pasca Perang Dunia II, Hongaria mencatat inflasi bulanan tertinggi: 41.900.000.000.000.000% (4.19 × 1016% or 41.9 quadrillion percent) pada bulan Juli 1946. Harga naik 2 x lipat setiap 15,3 jam.

Sementara Zimbabwe per 14 November 2008 inflasi tahunannya mencapai 89,7 sextillion (1021) percent. Inflasinya per bulan 5473%. Harga naik 2x lipat setiap 5 hari.

Bayangkan. Harga barang bisa naik 2 x lipat setiap 15,3 jam. Padahal gaji kita belum tentu naik sebesar itu. Jadi uang kertas sesungguhnya memiskinkan rakyat.

Hanya segelintir orang yang punya akses untuk mencetak uang atau membungakan uang saja yang bisa menikmati keuntungan.

Cara pemerintah menutupi inflasi adalah dengan melakukan redenominasi/revaluasi. Misalnya Turki merevaluasi Lira pada 1 Januari 2005 sehingga 1.000.000 Lira Lama (Turkish Lira-TRL) diganti dengan 1 Lira Turki Baru (TRY).

Di Indonesia tahun 1959 pada Zaman Soekarno pernah terjadi Sanering yang bukan hanya memangkas bilangan angka pada uang, tapi juga nilainya sehingga daya beli rakyat hancur. Yang jelas uang kertas yang tidak ada harganya tersebut banyak menimbulkan penderitaan pada rakyat.

Itulah sebabnya mengapa Allah memakai emas dan perak sebagai Nishab Zakat.

“…Allah Tahu, sedang kamu tidak tahu!” [Al Baqarah 216]. [media-islam] 


Sumber : zilzaal

Selasa, 14 Mei 2013

Pelajaran Menjilati Jari dan Wadah Makan


Ditulis oleh Elvin Sasmita

Dari Jabir bin Abdillah ra berkata: Rasulullah Shalallahu'alahi wassalam memerintahkan menjilati jari-jari dan talam tempat makan, dan beliau bersabda: Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian makanan manakah keberkahan itu ada".(Shahih Muslim : 2034)

Apa yang ada dalam pikiran anda ketika membaca hadits ini ? Ihhh…ngejilatin jari kita dan wadah tempat kita makan ? Untuk memastikan tidak ada makanan yang tersisa. Kok ada sih hadits ngajarin jorok begitu ?
Nanti dulu….jangan gegabah mengambil kesimpulan. Coba and baca fakta-fakta dan data berikut ini :

    Sisa makan siang dari 250 ribu murid sekolah di Taiwan dalam setiap tahunnya ada sekitar 125 ribu ton, jika diisikan ke dalam tong sampah ukuran tinggi satu meter, dapat ditumpuk sampai setinggi 1.221 unit gedung bangunan 101 Taipei.

    Bahan makanan yang terbuang ke dalam tong sampah di seluruh dunia dalam setahunnya mencapai 1,3 milyar ton, cukup untuk mengelilingi bumi sebanyak 166 kali. Namun kenyataan pahitnya dalam setiap hari ada 30 ribu orang mati kelaparan.

    Menurut laporan FAO, 40% dari bahan makanan di negara maju dibuang ke dalam tong sampah. Jelasnya sebanyak 40% dari makanan setiap orang terbuang ke dalam tong sampah, jika sisa makanan ini dikumpulkan dalam setahun, akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan 4,2 milyar umat manusia.

    Menurut data Dinas Lingkungan Taiwan, sampah dapur dari seluruh rumah tangga di Taiwan dalam setahun ada sekitar 2,75 juta ton, di antaranya ada sekitar 1,8 juta ton merupakan kulit buah-buahan, sayuran dan sisa makanan.

    Jika dikonversikan dalam unit berat, 1,80 juta ton adalah setara dengan berat 4 milyar porsi makanan kotak. Jika dikonversikan dalam bentuk nilai uang akan mencapai nilai total 25 milyar (Rp. 7,5 trilyun), cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi 230 ribu murid sekolah asal keluarga tidak mampu selama 20 tahun, mulai dari usia tingkat TK sampai tingkat S3. Jika dikonversikan dalam jumlah orang, cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 5,5 juta warga Haiti selama satu tahun penuh.

    Inggris saja sudah membuang bahan makanan sebanyak 410 ton dalam setahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup 12 juta warga kelaparan di daerah bencana kekeringan parah Afrika Timur. Sedangkan di Amerika Serikat dalam setahun diboroskan hampir 50 juta ton bahan makanan, cukup untuk menyelamatkan hampir separuh warga kelaparan di benua Afrika.

    Ketika membuang bahan makanan, pemborosan yang terjadi bukan saja bahan makanan tersebut, juga termasuk sumber daya dalam proses produksi, transportasi dan penyimpanan. Coba pikirkan, kita mempergunakan obat pertanian dan pupuk kimia untuk memaksa produksi pertanian paling maksimal, ini sangat melukai bumi dan memboroskan sumber daya air, namun terakhir kita malah membuang bahan makanan ini.

(Semua sumber data di atas di dapat dari penelitian Rumah Sakit Tsu Chi Taiwan).

Bagaimana dengan di Indonesia ? Berapa banyak makanan yang terbuang setiap kali pesta pernikahan di adakan ? Mungkin kita harus mulai menghitung, untuk setiap 1 porsi makanan dalam sebuah pesta pernikahan, berapa banyak rata-rata makanan yang tersisa di satu porsi piring makanan ? Ada berapa banyak pesta dalam 1 bulan di seluruh Indonesia ?

Dengan hal seperti ini mungkin akan membuat kita semakin paham mengapa Allah mendekatkan perilaku mubadzir dengan menjadi saudaranya Syaitan,
Sesungguhnya orang-orang yang Mubadzir (pemboros) itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra’: 27)
Artinya ketika kita berprilaku mubadzir maka kita akan berpeluang menjadi saudaranya syaitan yang merupakan makhluk paling 
ingkar kepada Allah Subhanawata’ala.
Efektifnya Adab Makan yang diajarkan Rasulullah
"كِيْلُوْا طَعَامَكُمْ يُبَارَكْ لَكُمْ."

“Takarlah makanan kalian, maka kalian akan diberkahi.” (Shahih al-Bukhari (III/22))

Mulailah dengan mengukur dan menakar seberapa besar kemampuan kita untuk memakan makanan yang ada.
"فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ، فَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهَ عَلَيْهِ! يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ."

“Berkumpullah kalian ketika makan dan sebutlah Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya, maka makanan kalian akan diberkahi.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya).

Bukankah dengan berkumpul kita bisa saling mengingatkan satu sama lain sehingga tidak terjadi pemborosan di sana pada saat kita makan ? Dan dengan menyebut nama Allah maka kita pun akan selalu teringat untuk menghindar  dari perilaku boros yang merupakan bisikan syaithan.
"إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلٌّ الطَّعَامَ، إِلاَّ يُذْكَرَ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ."

“Sesungguhnya syaitan mendapatkan bagian makanan yang tidak disebutkan Nama Allah padanya.” (Shahih Muslim (III/1597))

Dan yang lebih penting adalah bahwa Allah akan memberkahi apa yang kita makan. Berkah artinya banyak dia bermamfaat, pada saat sedikit ia mencukupi.
"طَعَامُ اْلإِثْنَيْنِ كَافِي الثَّلاَثَةَ، وَطَعَامُ الثَّلاَثَةَ كَافِي اْلأَرْبَعَةَ."

"Makanan dua orang cukup untuk tiga dan makanan untuk tiga orang mencukupi untuk empat orang.”(Shahih Bukhari (VI/200) dan Muslim (III/1630))

Ini adalah sebuah logika yang sangat sederhana. Bukankah ketika porsi makanan itu di takar untuk 3 orang tapi di peruntukkan untuk empat orang itu artinya akan muncul rasa berbagi. Karena ketika semua mengutamakan egonya dan ingin mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa memikirkan saudaranya, maka akan ada saudaranya yang tidak mendapatkan bagian ?
"كُلُوْا مِنْ جَوَانِبِهَا، وَدَعُوْا ذِرْوَتَهَا! يُبَارَكْ فِيْهَا."

“Makanlah dari pinggirannya dan tinggalkanlah (terlebih dahulu) bagian tengahnya (niscaya) akan diberkahi padanya.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya (IV/143).

Bukankah ketika makanan itu bersisa letaknya selalu di pinggir ? Rasulullah memerintahkan kita untuk mulai makan dari pinggir baru kemudian di tengahnya. Bahkan Rasulullah mendorong kita melakukan itu dengan memberi tahukan bahwa di bagian tengahlah keberkahan itu di turunkan.
"إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ، فَلْيُمِطْ عَنْهَا اْلأَذَى، وَلْيَأْكُلْهَا، وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ!"

“Apabila makanan salah seorang dari kalian jatuh, maka bersihkanlah kotoran darinya, kotoran lalu makanlah dan janganlah membiarkannya untuk dimakan oleh syaitan!”

Inilah kehati-hatian dalam makanan. Kita sedang menikmati keberkahan yang Allah berikan. Berhati-hatilah agar tidak menjatuhkannya. Kalau pun makanan tersebut terjatuh, maka Rasulullah memerintahkan untuk membersihkannya lalu memakannya.

Dan beliau memerintahkan kami untuk membersihkan piring (dengan menghabiskan sisa-sisa makanan yang ada), beliau bersabda:
"فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ فِيْ أَيِّ طَعَامِكُمُ الْبَرَكَةُ."

“Karena kalian tidak mengetahui di bagian makanan kalian yang manakah keberkahan itu berada.” Shahih Muslim (III/1607)

Rasulullah meminta kita memastikan agar tidak ada makanan yang tersisa di wadah makanan yang kita gunakan. Tidak hanya di piring, bahkan di jari-jari tangan yang kita gunakan untuk menyuap makanan,
"إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْعَقْ أَصَابَعَهُ، فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي فِي أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ."

“Apabila seseorang diantara kalian makan maka jilatlah jari-jarinya karena ia tidak mengetahui di bagian jari yang manakah keberkahan itu berada.” (Shahih Muslim (III/1607))

Kalau semua adab di atas telah kita lakukan, apakah masih ada makanan yang tersisa ?
(cahayasiroh) 

Sumber : zilzaal

Kisah Indah Orang Shalih Abu Qilabah


Abu Ibrahim bercerita:

Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas… kuperhatikan kemah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yg duduk di atas tanah dengan sangat tenang…

Ternyata orang ini kedua tangannya buntung… matanya buta… dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat bibirnya komat-kamit mengucapkan beberapa kalimat..


Aku mendekat untuk mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat berikut:

الحَمْدُ لله الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً .. الحَمْدُ للهِ الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَق تَفْضِيْلاً ..

Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…

Aku heran mendengar ucapannya, lalu kuperhatikan keadaannya lebih jauh… ternyata sebagian besar panca inderanya tak berfungsi… kedua tangannya buntung… matanya buta… dan ia tidak memiliki apa-apa bagi dirinya…

Kuperhatikan kondisinya sambil mencari adakah ia memiliki anak yg mengurusinya? atau isteri yang menemaninya? ternyata tak ada seorang pun…

Aku beranjak mendekatinya, dan ia merasakan kehadiranku… ia lalu bertanya: “Siapa? siapa?”

“Assalaamu’alaikum… aku seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini” jawabku, “Tapi kamu sendiri siapa?” Tanyaku.

“Mengapa kau tinggal seorang diri di tempat ini? Di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu? Lanjutku.

“Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal…” Jawabnya.

“Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan: “Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…!! Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara…?!?” Ucapku.

“Aku akan menceritakannya kepadamu… tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah kamu mengabulkannya?” Tanyanya.

“Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kataku.

“Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir…?

“Betul.” jawabku. Lalu katanya, “Berapa banyak orang yang gila?”

“Banyak juga.” jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia.” Jawabnya.

“Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” tanyanya.

“Iya benar.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.

“Betapa banyak orang yang tuli tak mendengar…?” Katanya.

“Banyak juga…” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.

“Bukankah Allah memberiku lisan yg dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” Tanyanya.

“Iya benar” jawabku. “Lantas berapa banyak orang yg bisu tidak bisa bicara?” Tanyanya.

“Wah, banyak itu.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.”  Jawabnya.

“Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya.

“Iya benar.” Jawabku. Lalu katanya, “Padahal berapa banyak orang yg menyembah berhala, salib, dan sebagainya dan mereka juga sakit? Mereka merugi di dunia dan akhirat…!!”

“Banyak sekali.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.

Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu… dan aku semakin takjub dengan kekuatan imannya. Ia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap pemberian Allah…

Betapa banyak pesakitan selain beliau, yg musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah beliau… mereka ada yg lumpuh, ada yg kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada juga yg kehilangan organ tubuhnya… tapi bila dibandingkan dengan orang ini, maka mereka tergolong ‘sehat’. Pun demikian, mereka meronta-ronta, mengeluh, dan menangis sejadi-jadinya… mereka amat tidak sabar dan tipis keimanannya terhadap balasan Allah atas musibah yg menimpa mereka, padahal pahala tersebut demikian besar…

Aku pun menyelami fikiranku makin jauh… hingga akhirnya khayalanku terputus saat pak tua mengatakan:

“Hmmm, bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang… maukah kamu mengabulkannya?”

“Iya.. apa permintaanmu?” Kataku.

Maka ia menundukkan kepalanya sejenak seraya 
menahan tangis.. ia berkata: “Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun… dia lah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala keperluanku… sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan belum kembali hingga kini. Aku tak tahu apakah ia masih hidup dan diharapkan kepulangannya, ataukah telah tiada dan kulupakan saja… dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya…”

Maka kutanya ciri-ciri anak tersebut dan ia menyebutkannya, maka aku berjanji akan mencarikan bocah tersebut untuknya…

Aku pun meninggalkannya dan tak tahu bagaimana mencari bocah tersebut… aku tak tahu harus memulai dari arah mana…

Namun tatkala aku berjalan dan bertanya-tanya kepada orang sekitar tentang si bocah, nampaklah olehku dari kejauhan sebuah bukit kecil yang tak jauh letaknya dari kemah si pak tua.

Di atas bukit tersebut ada sekawanan burung gagak yg mengerumuni sesuatu… maka segeralah terbetik di benakku bahwa burung tersebut tidak lah berkerumun kecuali pada bangkai, atau sisa makanan.

Aku pun mendaki bukit tersebut dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga mereka berhamburan terbang.

Tatkala kudatangi lokasi tersebut, ternyata si bocah telah tewas dengan badan terpotong-potong… rupanya seekor serigala telah menerkamnya dan memakan sebagian dari tubuhnya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung-burung…

Aku lebih sedih memikirkan nasib pak tua dari pada nasib si bocah…

Aku pun turun dari bukit… dan melangkahkan kakiku dengan berat menahan kesedihan yang mendalam…

Haruskah kutinggalkan pak Tua menghadapi nasibnya sendirian… ataukah kudatangi dia dan kukabarkan nasib anaknya kepadanya?

Aku berjalan menujuk kemah pak Tua… aku bingung harus mengatakan apa dan mulai dari mana?

Lalu terlintaslah di benakku akan kisah Nabi Ayyu ‘alaihissalaam… maka kutemui pak Tua itu dan ia masih dalam kondisi yang memprihatinkan seperti saat kutinggalkan. Kuucapkan salam kepadanya, dan pak Tua yang malang ini demikian rindu ingin melihat anaknya… ia mendahuluiku dengan bertanya: “Di mana si bocah?”

Namun kataku, “Jawablah terlebih dahulu… siapakah yang lebih dicintai Allah: engkau atau Ayyub ‘alaihissalaam?”

“Tentu Ayyub ‘alaihissalaam lebih dicintai Allah” jawabnya.

“Lantas siapakah di antara kalian yg lebih berat ujiannya?” tanyaku kembali.

“Tentu Ayyub…” jawabnya.

“Kalau begitu, berharaplah pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunung… ia diterkam oleh serigala dan dikoyak-koyak tubuhnya…” jawabku.

Maka pak Tua pun tersedak-sedak seraya berkata, “Laa ilaaha illallaaah…” dan aku berusaha meringankan musibahnya dan menyabarkannya… namun sedakannya semakin keras hingga aku mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya… hingga akhirnya ia meninggal dunia.

Ia wafat di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut yg ada di bawahnya… lalu aku keluar untuk mencari orang yang membantuku mengurus jenazahnya…

Maka kudapati ada tiga orang yg mengendarai unta mereka… nampaknya mereka adalah para musafir, maka kupanggil mereka dan mereka datang menghampiriku…

Kukatakan, “Maukah kalian menerima pahala yang Allah giring kepada kalian? Di sini ada seorang muslim yang wafat dan dia tidak punya siapa-siapa yg mengurusinya… maukah kalian menolongku memandikan, mengafani dan menguburkannya?”

“Iya..” Jawab mereka.

Mereka pun masuk ke dalam kemah menghampiri mayat pak Tua untuk memindahkannya… namun ketika mereka menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak, “Abu Qilabah… Abu Qilabah…!!”

Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulama mereka, akan tetapi waktu silih berganti dan ia dirundung berbagai musibah hingga menyendiri dari masyarakat dalam sebuah kemah lusuh…

Kami pun menunaikan kewajiban kami atasnya dan menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah…

Malamnya aku bermimpi melihat Abu Qilabah dengan penampilan indah… ia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna… ia berjalan-jalan di tanah yang hijau… maka aku bertanya kepadanya:

“Hai Abu Qilabah… apa yg menjadikanmu seperti yang kulihat ini?”

Maka jawabnya: “Allah telah memasukkanku ke dalam Jannah, dan dikatakan kepadaku di dalamnya:

( سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار )

Salam sejahtera atasmu sebagai balasan atas kesabaranmu… maka (inilah Surga) sebaik-baik tempat kembali

Kisah ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya: “Ats Tsiqaat” dengan penyesuaian.

Diterjemahkan oleh Abu Hudzaifah Al Atsary dari kitab: ‘Aasyiqun fi Ghurfatil ‘amaliyyaat, oleh Syaikh Muh. Al Arify. 

Sumber : zilzaal

Muliakanlah Anak Perempuanmu


 “Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka,” (HR. Al-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629).

ANAK laki-laki ataupun perempuan sama saja. Tetap tahukah Anda, Rasul menyebutkan sebuah kecenderungan orang tua yang menyukai seorang anak laki-laki. Sebagaimana dikatakan Rasulullah dalam hadits ‘Aisyah :


Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menyebutnya sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang tidak menyukai keberadaan anak perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)

Bahkan dulu pada masa jahiliyah, orang bisa merasa sangat terhina dengan lahirnya anak perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman Allah  SWT:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59)

Islam sangat memuliakan anak perempuan. Allah SWT yang menganugerahkan anak perempuan telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya.

‘Aisyah pernah mengatakan: Seorang wanita miskin datang kepadaku membawa dua anak perempuannya, maka aku memberinya tiga butir kurma. Kemudian dia memberi setiap anaknya masing-masing sebuah kurma dan satu buah lagi diangkat ke mulutnya untuk dimakan. Namun  kedua anak itu meminta kurma tersebut, maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dimakannya untuk kedua anaknya. Hal itu sangat menakjubkanku sehingga aku ceritakan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah. Beliau  berkata: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka.” (HR. Muslim no. 2630)

Dalam riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah juga menyebutkan kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka dengan baik kelak pada hari kiamat:

“Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa, maka dia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan aku dan dia (seperti ini),” dan beliau mengumpulkan jari jemarinya. (HR. Muslim no. 2631).

Al-Imam An-Nawawi  menjelaskan, hadits-hadits ini menunjukkan keutamaan seseorang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya, memberikan nafkah, dan bersabar terhadap mereka dan dalam segala urusannya. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)
Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, seorang shahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir  pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

“Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, 
lalu dia bersabar atas mereka, memberi mereka makan, minum, dan pakaian dari hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak pada hari kiamat.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 56: “Shahih”)

Seorang anak yang terlahir di atas fitrah ini siap menerima segala kebaikan dan keburukan. Sehingga dia membutuhkan pengajaran, pendidikan adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan Islam. Maka hendaknya kita berhati-hati agar tidak melalaikan anak perempuan yang tak berdaya ini, hingga nantinya dia hidup tak ubahnya binatang ternak. Tidak mengerti urusan agama maupun dunianya. Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil Mukminat, hal. 25)

Bahkan ketika anak perempuan ini telah dewasa, orang tua selayaknya tetap memberikan pengarahan dan nasehat yang baik. Ini dapat kita lihat dari kehidupan seseorang yang terbaik setelah Rasulullah, Abu Bakr Ash-Shiddiq , dalam peristiwa turunnya ayat tayammum. Diceritakan peristiwa ini oleh ‘Aisyah:

“Kami pernah keluar bersama Rasulullah  dalam salah satu safarnya. Ketika kami tiba di Al-Baida’ –atau di Dzatu Jaisy– tiba-tiba kalungku hilang. Rasulullah pun singgah di sana untuk mencarinya, dan orang-orang pun turut singgah bersama beliau dalam keadaan tidak ada air di situ. Lalu orang-orang menemui Abu Bakr sembari mengeluhkan, “Tidakkah engkau lihat perbuatan ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah dan orang-orang singgah di tempat yang tak ada air, sementara mereka pun tidak membawa air.” Abu Bakr segera mendatangi ‘Aisyah. Sementara itu Rasulullah sedang tidur sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. Abu Bakr berkata, “Engkau telah membuat Rasulullah dan orang-orang singgah di tempat yang tidak berair, padahal mereka juga tidak membawa air!” Aisyah melanjutkan, “Abu Bakr pun mencelaku dan mengatakan apa yang ia katakan, dan dia pun menusuk pinggangku dengan tangannya. Tidak ada yang mencegahku untuk bergerak karena rasa sakit, kecuali karena Rasulullah sedang tidur di pangkuanku. Keesokan harinya, Rasulullah bangun dalam keadaan tidak ada air. Maka Allah turunkan ayat tayammum sehingga orang-orang pun melakukan tayammum. Usaid ibnul Hudhair pun berkata, “Ini bukanlah barakah pertama yang ada pada kalian, wahai keluarga Abu Bakr.” ‘Aisyah berkata lagi, “Kemudian kami hela unta yang kunaiki, ternyata kami temukan kalung itu ada di bawahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 224 dan Muslim no. 267)

Al-Imam An-Nawawi t mengatakan bahwa di dalam hadits ini terkandung ta`dib (pendidikan adab) seseorang terhadap anaknya, baik dengan ucapan, perbuatan, pukulan, dan sebagainya. Di dalamnya juga terkandung ta`dib terhadap anak perempuan walaupun dia telah dewasa, bahkan telah menikah dan tidak lagi tinggal di rumahnya. (Syarh Shahih Muslim, 4/58).

Jadi, punya anak perempuan? Bersyukur, dan muliakanlah ia. [rk-i]  


Sumber : zilzaal

Minggu, 12 Mei 2013

Rahasia Sukses Orang Jepang (Sudah Ada Dalam Ajaran Islam Tetapi Ditinggalkan)


Telah kita ketahui dan saksikan Negara Jepang adalah negara maju yang sangat hebat dan berjaya. Namun gempa dan tsunami yang melanda negeri matahari itu menghancurkan sebagian besar wilayah jepang yang berdampak pada perekonomiannya. Akan tetapi sepertinya tidak perlu lama bagi jepang agar bisa kembali menguasai perekonomian dunia, karena Jepang dikenal memiliki rakyat yang sangat luar biasa ulet. Banyak orang-orang sukses berasal dari Jepang.


Akan tetapi ternyata penyebab majunya mereka sudah diajarkan dalam agama Islam jauh sebelum negara Jepang ada. Kita bisa berkaca kepada sejarah, di mana belum ada dalam sejarah dunia, yang bisa menguasai sepertiga dunia hanya dalam waktu 30 tahun. Itulah masa para Khalifah Rasyidin. Kaum muslimin sendiri yang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga inilah yang diberitakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah, memegangi ekor-ekor sapi [sibuk berternak, pent], dan menyenangi pertanian dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan pada kalian kehinaan, tidak akan mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian”.

Berikut kita bahas, bahwa apa yang menjadi penyebab majunya mereka ternyata ada dalam ajaran Islam sejak dahulu.

1.Malu

#“Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pemimpin yang terlibat korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.”#

Malu yang terpuji jelas adalah ajaran Islam. Bahkan jelas dan tegas dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.

“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.

“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.”

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.

“Malu itu kebaikan seluruhnya.”

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling pemalu. Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu anhu berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِـيْ خِدْرِهَا.

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit di kamarnya.”[6]

2.Mandiri

#“Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Bahkan seorang anak TK sudah harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Biasanya mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang nantinya akan mereka kembalikan di bulan berikutnya.”#

Anjuran untuk berusaha sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain adalah ajaran agama Islam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنْ يَأْخُذَ اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.

“Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”.

Demikian juga nabi Dawud, seorang Raja besar, tetapi ia tetap makan dari hasil kerjanya yaitu mengolah besi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا اَكَلَ اَحَدٌطَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ, وَاِنَّ نَبِيَّّ اللهِ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ.

“Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”.

3. Pantang menyerah

#“Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambah dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo, ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).

Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).”#

Semangat dan pantang menyerah!! Ini adalah ajaran Islam.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجزن، وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت لكان كذا وكذا؛ ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان

“Bersemangatlah kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu, dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah (pantang menyerah). Dan jika meminpamu sesuatu maka jangan katakan andaikata dulu saya melakukan begini pasti akan begini dan begini, tetapi katakanlah semua adalah takdir dari Allah dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi.”

Ada tawakkal dalam ajaran Islam, lihat bagaimana motivasi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita mencontoh burung dalam berusaha, burung tidak tahu pasti di mana ia akan mendapat makanan, akan tetapi yang terpenting bagi burung adalah ia berusaha keluar dan terbang mencari.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”

“selalu ada Jalan”. ya, ini juga adalah ajaran Islam. Jika kita berusaha dan tawakkal, maka kita akan medapat jalan keluar dari arah yang tidak kita sangka-sangka.

Allah Ta’ala berfirman,

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (At-Thalaq: 3)

4.Loyalitas

#”Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan.”#

Dalam ajaran Islam seorang muslim diajarkan agar mematuhi persyaratan yang telah mereka sepakati.
Jika dalam suatu perusahan mereka bekerja, maka mereka harus mematuhi persyaratan perusahaan yaitu harus mencurahkan yang terbaik serta loyal dengan perusahaan teresebut selama tidak melanggar batas syariat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

المُسْلِمُوْنَ عَلَى شُرُوطِهِمْ

 “Umat Islam berkewajiban untuk senantiasa memenuhi persyaratan mereka.“



5.Inovasi

#”Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.’#

Islam juga mengajarkan agar kita mengembangkan Ilmu dan belajar (bukan inovasi dalam urusan agama = bid’ah). Bahkan kedudukan orang yang berilmu tinggi baik. Baik Ilmu dunia maupun akhirat.

Allah Ta’ala berfirman,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)

6. Kerja keras

#“Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.”

Kerja keras juga Ajaran Islam. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengajarkan kita berlindung kepada Allah dari sifat malas,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).”

Bahkan kita harus bersegera dalam kebaikan untuk diri kita.

Allah Ta’ala berfirman,

فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ

“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. (Al-Baqarah: 148)

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (Al-Imran:133)

7.Jaga tradisi, menghormati orang tua dan Ibu Rumah Tangga

#“Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari Anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.”#

Tentu saja tradisi yang baik yang dilestarikan. Tradisi yang sesuai dengan nilai luhur dan ajaran Islam. Ajaran Islam juga melertarikan tradisi yang baik. Sebagaimana tradisi orang Arab Jahiliyah yang memuliakan tamu, menepati janji dan sumpah walaupun sumpah itu berat sekali. Bahkan adat/tradisi bisa dijadikan patokan hukum dalam ajaran Islam. Sebagaimana kaidah fiqhiyah.

العادة مجكمة

“Adat/tradisi dapat dijadikan patokan hukum”

Syaikh Doktor Muhammad Al-Burnu Hafizahullah menjelaskan makna kaidah ini, “Bahwasanya adat manusia jika tidak menyelisihi syari’at adalah hujjah dan dalil, wajib beramal dengan konsekuensinya karena adat dapat dijadikan hukum”.

Mengenai perempuan yang sudah menikah dan tidak bekerja (IRT), ini juga ajaran utama agama Islam (Ibu rumah tangga bukan pekerjaan yang sepele dan hina, akan tetapi adalah sebuah kehormatan dan butuh pengorbanan yang akan melahirkan dan mendidik generasi terbaik).

لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن خير لهن

“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian pergi ke masjid-masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”

Mengenai menghormati orang tua. Jelas ini ajaran Islam. Bahkan digandengkan dengan ridha Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24)

8.Budaya baca

#“Jangan kaget kalau Anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca”#

Ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca. Ini adalah ajaran Islam.

Alla Ta’ala berfirman,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (Al-Alaq: 1)

Begitupula jika kita membaca teladan para ulama, misalnya syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah yang membaca setiap hari 12 jam. Begitu juga ulama yang lain, ada yang membaca sambil berjalan, hingga ia terperosok dalam lubang. Ada yang membaca sampai ia tertidur dengan buku di atas wajahnya.

9 Hidup hemat

#“Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, mungkin kita sedikit heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30, dan ternyata sebelum tutup itu pihak supermarket memotong harga hingga setengahnya.”#

jelas ini ajaran islam, hemat dan berusaha qona’ah. Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan: 67)

10.Kerjasama kelompok

#”Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut.

Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, namun 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”.”#

Anjuran untuk bekerja sama adalah ajaran Islam. Saling membantu dalam kebaikan dan pahala.

Allah Ta’ala berfirman,

{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ} [المائدة: 2]

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Qs. Al Maidah: 2.)